Jumat, 11 Mei 2012

mohon pamit ibu


Karya:Aditia Perdana Habibie






Maafkan aku ibu.

Aku tak mengabarimu saat kepergianku.

Bersama pemuda-pemudi yang berjuang tuk  ibu pertiwi.

Di saat padi ini tak memutih untuk kecukupan hidup.

Dan banyak pula yang tak  mungkin bisa hidup.

Karna tergilas roda tajam si kerah putih itu!.

                 

          Lihatlah masa lalu ibu.

          Kala itu sawah menguning sekedar untuk membungkam kosongnya perut.

          Meski kadang aku bertanya pada tangisan senja.

          Apakah kita dan hidup kita cukup sampai disini?.

          Menggarap sawah,menuai hasil,namun semuanya nihil!.
 


Dari dulu kita memang terhimpit,ibu.
 

Apalah daya seorang miskin di pinggiran desa.

Kita ditunggangi layaknya mesin tak kenal waktu.

Dan kini aku kian sadar,ibu.

Kita semakin tergilas roda tajam itu!.

Bahkan kitapun terhimpit oleh kosongnya perut.

Yang mau tak mau kita harus bertahan hidup!

Bahkan kita harus berebut untuk secuil bulir padi,ibu.

Walau keringat ini berubah menjadi darah.

Dan perlahan kita akan tergilas mati!!

 

                Entah setan apa yang mengkaluti fikiran kerah putih itu,ibu.

                Aku tak tega ibu,aku sungguh tak tega melihat mereka tersiksa.

                Melihat mereka diseret dan diperlakukan seperti hewan najis!

                Lalu siapakah yang saat ini yang layaknya hewan najis,ibu!

 

Maafkan aku ibu.

Relakanlah dan biarkanlah darah juangku,Darah juang kami para pemuda pemudi.

Yang saat ini diujung kebebasan.

Berikan kami restumu,ibu.

0 komentar:

Posting Komentar